Kongko Betawi

Kongko Betawi

0
3428
Kongko di Batavia 1870 - KITLV

Sebagai makhluk sosial orang-orang senang bergaul, bercengkerama, berbinncang satu sama lain. Sebab itu banyak tumbuh ruang yang kemudian disebut “tempat nongkrong”, biasanya di tempat-tempat umum yang tidak resmi seperti warung kopi maupun tempat-tempat tertentu yang dapat digunakan untuk bersantai.

Di beberapa daerah di Indonesia kegiatan berbincang-bincang telah menjadi bagian dari tradisi dan biasanya dilakukan di tempat-tempat umum. Di Aceh kegiatan berkumpul dan berbincang-bincang di Keude Kupi menjadi rutinitas keseharian masyarakatnya, begitu pula halnya yang ditemukan pada masyarakat Batak di lapo-lapo dikenal istilah Markombur atau Marnonang. Di Jawa Barat masih ada istilah Ngadu Bako dan di Jawa Tengah pun masih kerap didengar istilah Jagongan atau Mironggan.

Pada masyarakat Betawi tradisi berkumpul dan bercengkerama dengan cara “serius-santai” dikenal dengan istilah Kongko atau Kongkow, sebuah tradisi yang di kalangan anak muda yang kini kedudukannya digeser dengan istilah Nongkrong.

Baca Juga:

  1. Kisah Setangan Kain Tutup Kepala Khas Betawi
  2. Ujungan Ngadu Rotan Orang Bekasi
  3. Jago dan Jagoan Betawi Suatu Tinjauan Historis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kongko memiliki arti sebagai tindakan bercakap-cakap yang tidak ada artinya atau mengobrol, sebuah kosa kata yang menurut Abdul Chaer dalam Kamus Dialek Melayu Jakarta merupakan kata serapan dari dialek Melayu Betawi yang memiliki arti mengobrol; tanpa ujung pangkal.

Secara etimologi, kata Kongko dalam dialek Melayu Betawi berasal dari bahasa Tionghoa dialek Hokkian sub dialek Emwi (Amoy) 講古/ 讲古 (baca: kóng kó) yang secara harfiah memiliki arti bercerita tentang segala hal yang terjadi di masa lampau (Kamus Daring Loanwords in Indonesia/Malay).

Hal ini tidak terlepas dari kebiasaan keluarga masyarakat peranakan Tionghoa di Tanah Betawi dahulu kala yang selalu bercengkerama satu sama lain di beranda rumah menjelang sore hari. Bahan yang diceritakan adalah masa lalu yang umumnya tentang leluhur mereka.

Cerita yang disampaikan bukan saja dari seseorang, melainkan juga dari orang-orang yang ikut berkumpul, ditemani aneka macam kuliner dan minuman, seperti kue satu, manisan yanwo sarang walet), teh dan kopi atau bahkan ciu (arak).

Kemudian kebiasaan ini diadaptasi oleh masyarakat Betawi dengan duduk di bale-bale depan rumah, bercengkerama ngalor-ngidul sambil ditemani kudapan seperti roti gambang, kue lopis, ketan urap dan minuman kopi atau teh yang tidak terlalu kental dan manis (nyahi).

Pembicaraan tidak lagi terbatas pada hal-hal yang terjadi di masa lalu, tetapi telah melebar ke masa kini atau pun masa depan. Tergantung topik yang akan dibahas. Intinya adalah mengisi waktu luang.

Terlepas dari kesan membuang-buang waktu dan umur, banyak hal positif yang didapat dari kegiatan kongko, seperti melahirkan ide-ide kreatif dan inovatif, membuka wawasan dan mendapatkan informasi tentang permasalahan hidup keluarga. Intinya bahwa kegiatan kongko Orang Betawi adalah upaya menjaga dan menjalin silaturrahmi.

Dampak positif dari kegiatan kongko juga dapat diketahui dari beberapa literatur yang menceritakan perihal kesenian masyarakat Betawi yang sengaja diciptakan pada saat mengisi waktu luang (kongko).


Lebih jauh lihat buku:

Kamus Melayu Dialek Jakarta karya Abdul Chaer yang bisa didapatkan di Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee.

Folklor Betawi: Kebudayaan dan Kehidupan Orang Betawi karya Abdul Chaer yang bisa didapatkan di TokopediaBukalapak, dan Shopee.

Batavia Abad Awal Abad XX karya Clockener Brousson yang bisa didapatkan di TokopediaBukalapak, dan Shopee.

Jakarta Punya Cara karya Zeffry Alaktiri yang bisa didapatkan di Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee.

Dongeng Betawi Tempo Doeloe karya Abdul Chaer yang bisa didapatkan di TokopediaBukalapak, dan Shopee.

400 Tahun Sejarah Jakarta karya Susan Blackburn yang bisa didapatkan di TokopediaBukaLapakdan Shopee.

Batavia Kala Malam: Polisi, Bandit dan Senjata Api karya Margreeth van Till yang bisa didapatkan di Tokopedia dan Shopee.

Jakarta 1950-1970an karya Firman Lubis yang bisa didapatkan di TokopediaBukaLapak, dan Shopee atau telpon ke 081385430505

Buku terkait dengan artikel.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY