Salahsatu diskotek yang saya ingat cukup terkenal di Jakarta era 1970-an ialah diskotek Tanamur (akronim dari Tanah Abang Timur) yang terletak di Jalan Tanah Abang Timur, kira-kira di belakang gedung Departemen Hankam.
Pemiliknya bernama Fahmi Alhadi, seorang pemuda keturunan Arab yang cukup menarik. Fahmi—seperti yang saya dengar—disekolahkan oleh ayahnya ke Jerman untuk mempelajari mengenai teknik industri karena ayahnya seorang pengusaha tekstil dan batik di Pasar Tanah Abang.
Ayahnya ingin Fahmi meneruskan usahanya ini, tetapi apa mau dikata, waktu di Jerman Fahmi rupanya lebih tertarik kepada dunia hiburan khususnya diskotek ketimbang teknik industri. Sehingga ketika pulang, dia pun membangun diskoteknya di Jalan Tanah Abang Timur ini. Sama-sama industri memang, cuma yang satu ini industri hiburan.
Baca Juga:
- Awal Mula Wajib Helm di Jakarta
- Kenangan Gaul dengan Orang Indo
- Sekolah Campuran Orang Kaya dan Orang Kampung di Jakarta
Kebetulan Jakarta mulai menggeliat dengan pembangunan modernisasi kotanya di bawah Ali Sadikin. Sehingga banyak orang-orang asing yang mulai bermukim di Jakarta karena usaha dan pekerjaan mereka di sini. Mereka tentunya juga membutuhkan rekreasi sebagaimana yang mereka lakukan dan senangi di negeri asal mereka.
Sedangkan industri hiburan seperti diskotek belum dikenal sebelumnya di Jakarta, sehingga boleh dibilang Fahmi seorang wirausaha (entrepreneur) yang cukup jeli dalam melihat dan memanfaatkan sebuah peluang usaha. Dia dan diskotek Tanamurnya merupakan perintis bisnis diskotek di Jakarta. Dia pun membangun tempat diskoteknya cukup besar dan bagus.
Kemudian ia juga mendesain gedungnya dengan mencampurkan arsitektur masjid dan gereja. Misalnya bentuk pintu, jendela, dan atapnya yang merupakan perpaduan kedua tempat ibadah tersebut.
Cukup eksentrik bukan? Untung saja zaman itu belum ada model organisasi pemuda fanatik, seperti Front Pembela Islam (FPI) atau Forum Betawi Rempug (FBR). Kalau sudah ada, bisa-bisa diskoteknya diserbu barisan pemuda yang suka kalap ini dengan alasan “melecehkan” agama.
Rupanya penampilan diskoteknya yang nyentrik ini malah menarik buat kawula muda terutama orang-orang bule. Sehingga kebanyakan tamunya adalah orang bule dan anak-anak muda urban berduit (yuppies) yang mulai tumbuh di Jakarta pada era tersebut.
Lagu-lagu yang diputar, makanan, dan minuman yang disediakan juga disesuaikan dengan selera mereka. Selain itu, tentu saja diskotek ini juga menyediakan hostess untuk bisa dikencani oleh para pengunjung yang datang sendirian dan berminat untuk berkencan. Tentunya banyak juga yang merangkap sebagai kupu-kupu malam.
Saya sendiri pernah dua kali mengunjungi diskotek Tanamur ini di permulaan 1970-an. Sekali bersama beberapa teman dekat sejak SMA dan sekali lagi dengan seorang teman perempuan Belanda, Lida Zuidberg yang bekerja bersama saya waktu itu di Serpong.
Sesudah itu tidak pernah lagi. Saya masih terkenang suara musik kerasnya yang cukup memekakkan telinga. Beberapa tahun kemudian Fahmi merenovasi bangunan diskoteknya ini sehingga penampilannya yang eksentrik berubah menjadi lebih “modern”, mungkin dia sudah menduga bahwa nanti bakal ada yang memprotes arsitektur diskoteknya yang mencerminkan perpaduan masjid dan gereja ini.
Saya tidak tahu lagi perkembangan diskotek Tanamur ini kemudian, entah masih ada atau tidak, tapi saya dengar masih ada dan dikelola anaknya. Fahmi menikah dengan Ratna Sarumpaet dan saya dengar anak-anaknya yang meneruskan Tanamur. Kemudian dia menikah lagi dan bercerai dengan Ratna.
Dikutip dengan seizin penerbit Masup Jakarta dari buku Firman Lubis, Jakarta 1950-1970, hlm. 347-348. Bukunya tersedia di Tokopedia, BukaLapak, dan Shopee atau kontak langsung ke WA 081385430505
Lebih jauh baca:
400 Tahun Sejarah Jakarta karya Susan Blackburn yang bisa didapatkan di Tokopedia, BukaLapak, dan Shopee.
Wilayah Kekerasan di Jakarta karya Jerome Tadie yang bisa didapatkan di Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee.
Folklor Betawi: Kebudayaan dan Kehidupan Orang Betawi karya Abdul Chaer yang bisa didapatkan di Tokopedia, BukaLapak, Shopee .
Batavia Abad Awal Abad XX karya Clockener Brousson yang bisa didapatkan di Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee.
Jakarta Punya Cara karya Zeffry Alaktiri yang bisa didapatkan di Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee.
Pasar Gambir, Komik Cina, dan Es Shanghai karya Zeffry Alaktiri
Dongeng Betawi Tempo Doeloe karya Abdul Chaer yang bisa didapatkan di Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee dan www.komunitasbambu.id atau telpon ke 08138543050
Kunjungi website Komunitas Bambu untuk mendapatkan buku Masup Jakarta lainnya klik