Tahun 1795 di Tanah Abang bagian utara, penguasa VOC membangun tempat pemakaman yang pada 1976 ditutup dan dijadikan area Kantor Walikota Jakarta Pusat.
Kawasan Tanah Abang meliputi sebagian besar wilayah Kecamatan Tanah Abang, Kotamadya Jakarta Pusat.
Menurut Tota M. Tobing (Intisari, Agustus 1985), ada anggapan bahwa nama Tanah Abang diberikan oleh orang-orang Mataram yang bermarkas di sana dalam rangka penyerbuan Kota Batavia tahun 1628. Pasukan tentara Mataram tidak hanya datang melalui laut di utara, tetapi juga melalui darat dari selatan. Ada kemungkinan pasukan tentara Mataram itulah yang memberi nama Tanah Abang karena tanahnya berwarna abang yang berarti merah dalam bahasa Jawa.
Baca Juga:
- Kampung Makasar dan Sultan Hasanuddin
- Kebayoran atau Kebayuran?
- Nama Kampung Gedong Sebab Gedung Landhuis
Menurut versi lain, nama Tanah Abang mulai mencuat ke permukaan pada 1648, ketika seorang konglomerat keturunan Tionghoa, Phoa Bingham, memperoleh izin dari pimpinan VOC di Batavia untuk menjadi semacam pemegang Hak Penguasaan Hutan kawasan tersebut.
Selain itu, ia diizinkan pula untuk membuka hutan dan membuat terusan atau kanal untuk sarana pengangkut. Kemungkinan penamaan kawasan Tanah Abang diberikan oleh orang-orang (Jawa) Banten yang bekerja pada Phoa Bingham, atau Bingam ketika membuka hutan di kawasan tersebut.
Terusan atau kanal yang dibuat oleh Phoa Bingham masih dapat dilihat hingga saat ini, yaitu selokan sepanjang Jalan Tanah Abang Timur atau Jalan Abdul Muis, bersambung dengan Sungai Krukut di sebelah barat Pasar Tanah Abang. Kanal yang dibuat oleh Phoa Bingham itu dulu biasa disebut Bingamgraacht. Konsesinya diperoleh Phoa Bingham pada 1648.
Mungkin karena pernah bermukim di Banten sebelum hijrah ke Batavia, seperti Benkon, pendahulunya, Phoa Bingam pun akrab dengan orang-orang Banten. Tahun 1633 Benkon pernah membebaskan seorang asal Banten bernama Wangsa dari tahanan Kompeni dengan uang jaminan sebesar 100 real.
Phoa Bingham membangun perkebunan tebu di Tanah Abang lengkap dengan penggilingannya untuk memproduksi gula pasir.
Tahun 1733, mungkin setelah Phoa Bingham meninggal, kawasan Tanah Abang menjadi milik Justinus Vinck yang ketika itu menjadi pemilik kawasan Pasar Senen. Di Tanah Abang pun Vinck membangun pasar. Untuk mempermudah lalu lintas, ia membuat jalan yang menghubungkan Pasar Senen dengan Tanah Abang melalui Kwitang, Prapatan, dan Kampung Lima, sekarang Jalan Budi Kemuliaan.
Tahun 1795 di Tanah Abang bagian utara, penguasa VOC membangun tempat pemakaman yang pada 1976 ditutup dan dijadikan area Kantor Walikota Jakarta Pusat.
Dikutip dengan seizin penerbit Masup Jakarta dari buku Rachmat Ruchiat, Asal Usul Nama Tempat Di Jakarta, hlm. 11-17. Bukunya tersedia di Tokopedia, BukaLapak, dan Shopee atau kontak langsung ke WA 081385430505