Mengenang Landhuis Pondok Gede

0
7438
Landhuis Pondok Gede-Nederlandsch Indie Oud en Nieuw 1932

Pada tahun 1746 lahan perkebunan Pondok Gede dimiliki oleh pejabat Raad van Indie (Dewan Hindia) bernama Pieter van De Velde, hal ini dapat diketahui dari resolusi Gubernur Jenderal Gustaaf Baron van Imhoff tertanggal 1 Februari 1746 yang memberi izin penyelenggaraan pasar di hari rabu (Pasar Rebo).

Penyelenggara pasar itu adalah Pieter van De Velde sebagai pemilik lahan Pondok Gede di Bekasi dan Kapitein Jawa penguasa wilayah timur, Soetawangsa.

Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa resolusi ini merupakan catatan sejarah tertua yang menyebut nama Pondok Gede, yang mana Pondok Gede sebagai nama sebuah kampung sudah ada jauh sebelum dibangunnya Pasar Rebo dan Landhuis Pondok Gede yang kemungkinan besar didirikan hampir bersamaan.

Baca Juga:

  1. Betulkah Betawi dari Mambet Tai atau Bau Tai?
  2. Ragunan dan Perang Perebutan Tahta di Banten
  3. Pondok yang Gede di Kampung yang Kecil

Keberadaan pasar yang dekat dengan Landhuis sebagai tempat tinggal tuan tanah berfungsi sebagai tempat menjual hasil perkebunan yang dikelola para tuan tanah. Berikut ini nama-nama tuan tanah yang menguasai lahan perkebunan sekaligus pemilik Landhuis Pondok Gede. Pertama, Pieter van De Velde (1714-1759). Disamping lahan perkebunan dan Landhuis Pondok Gede, Pieter Van De Velde juga pemilik lahan perkebunan dan Landhuis Tandjong Oost yang sebelum dilikuidasi  dimiliki oleh tuan tanah Cina Kapitein Ni Hoe Kong. Van De Velde wafat tahun 1759.

Kedua, Johannes Hooyman (1741-1789). Ia adalah seorang pendeta Lutherian. Lahir di Kota pelabuhan Enkhuizen, Belanda Utara pada 17 Oktober 1741 dari ayah seorang nelayan  Pieter Hooyman dan Lusia Star. Menginjakkan kaki di Batavia pada tahun 1765 bekerja sebagai pendeta di pemerintahan, lalu pada tahun 1778 menjadi anggota Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Ikatan Seni dan Ilmu Pengetahuan Batavia).

Pada 25 November 1777, oleh pemerintah VOC Pendeta Hooyman diberikan sebidang lahan di Bojong Nangka, lalu pada 30 Maret 1778 Johannes Hooyman diberikan lahan perkebunan di Pancallang Oeringing (Pangkalanoeringin). Di lahan perkebunannya itu ia mengembangkan perkebunan karet, tebu, indigo/pohon nila dan sarang walet.

Pendeta Hooyman tewas ditembak oleh seorang yang tidak dikenal di depan Landhuis Pondok Gede pada 20 Juni 1789.

Ketiga, Leendert Miero (1775-1834). Ia adalah penguasa Landhuis Pondok Gede yang seorang Yahudi. Semula Miero adalah serdadu VOC yang kemudian menjadi seorang bangsawan yang kaya raya di Batavia, selama 20 tahun bekerja kepada VOC ia menutupi identitasnya sebagai seorang Yahudi. Nama aslinya adalah Jehoede Leip Jegiel Igel, lahir di Kota Grotka, Polandia Kecil 1775. Isterinya seorang Belanda asal Amsterdam bernama Annaatje Joseph Rubens.

Pada 3 Januari 1800, Leendert Miero menyewa lahan perkebunan Pondok Gede dan setelah 20 tahun menetap (tahun 1820) berhasil memiliki dan merenovasi landhuis yang semula berbahan kayu jati menjadi bangunan beton bergaya Indies. Leendert Miero wafat pada tanggal 10 Mei 1834 dalam usia 59 tahun dan dimakamkan di belakang Landhuis Pondok Gede yang menjadi tempat tinggalnya (De Vrijdagavond, Joodsch Weekblad, 29 Juli 1932).

Keempat, Khouw Tjeng Tjoan (1808-1880). Ia adalah salah seorang dari Keluarga Khouw van Tamboen. Satu keluarga bangsawan Cina terkaya di Hindia Belanda yang memiliki tanah dan lahan perkebunan di Batavia dan Bekasi.

Kepemilikan dan pengelolaan lahan perkebunan dan Landhuis Pondok Gede selanjutnya dapat diketahui melalui beberapa catatan sejarah yang tidak begitu lengkap, antara lain:  Handel-Bouw Cultuur Maatschappij Thiam Ki (Lim Thiam Ki), Pemerintah Kolonial Belanda dan menjadikan Landhuis sebagai markas tentara (1920 – Perang Dunia II), Perusahaan perkebunan Pago Rado (masa perang kemerdekaan – 1962), Induk Koperasi TNI Angkatan Udara/INKOPAU (1962 – sekarang).


Lebih jauh lihat buku:

Ni Hoe Kong: Ni Hoe Kong; Kapitein Tionghoa di Betawie dalem Taon 1740 karya B. Hoetink yang bisa didapatkan di Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee.

Cerita dari Gedung Arca karya Wahyono Martowikrido yang bisa didapatkan di TokopediaBukaLapak, dan Shopee

Asal Usul Nama Tempat di Jakarta karya Rachmat Ruchiat yang bisa didapatkan di TokopediaBukaLapak, dan Shopee atau kontak langsung ke 081385430505.

 

Buku-Buku terkait dengan artikel.

LEAVE A REPLY