Mengusut Asal-Usul Lenong

0
11562
Iklan Lenong di Koran Sinar Harapan, Jumat 20 Januari 1973

Dari sekian banyak bentuk seni teater tutur rakyat Betawi yang paling dikenal adalah lenong. Lenong adalah teater rakyat atau sandiwara Betawi dengan iringan musik gambang kromong. Ciri khas lenong yakni pada setiap adegan, dialog, tari, serta humor dilakukan secara improvisasi. Lenong pada awalnya merupakan bentukan dari teater peran hasil perkembangan berbagai seni teater yang telah muncul sebelumnya.

Dilihat dari bentuk ceritanya lenong ada dua jenis, yaitu Lenong Denes atau Dines dan Lenong Preman atau Jagoan. Cerita dalam Lenong Dines berlatar belakang raja-raja dan kaum bangsawan, umumnya berlatar belakang cerita dari budaya Melayu seperti Hikayat Indra Bangsawan dan Hikayat Syah Mardan, namun juga dari terdapat cerita yang diambil dari luar Melayu yang umumnya diambil dari karya Shakespeare, seperti Hamlet, King Lear, Othello, dan sebagainya. Pementasan lenong dines menggunakan seragam resmi, yang disesuaikan dengan tema cerita.

Baca Juga:

  1. Pala Kaki Permainan Anak-Anak Betawi Condet
  2. Serba-Serbi Golok Betawi
  3. Unjungan Ngadu Rotan Orang Bekasi

Sebaliknya, Lenong Preman umumnya berkisah tentang keseharian masyarakat Betawi, tentang pendekar, jawara, atau jago dan jagoan, misalnya Si Ayub Jago Betawi, Si Gondrong Jago Kwitang dan Si Pitung serta Si Jampang.

Dalam pementasannya lenong preman menggunakan pakaian sehari-hari dengan properti yang biasa digunakan para pendekar, jawara, jago dan jagoan. Pada lenong preman sering ditampilkan adegan silat.

Ada dua versi mengenai asal mula lenong. Versi pertama menyebutkan lenong erat kaitannya dengan seni teater di Tiongkok, yang di Betawi dikembangkan oleh peranakan Tionghoa di daerah perkebunan milik orang-orang Tionghoa.

Salah satu ciri pengaruh kebudayaan Tionghoa itu tampak pada penggunaan alat musik gambang kromong, seperti yang khim, su kong, ho siang, the hian, gi hian, kong ahian, sembian, dan  pan (kecrek).

Karena susah didapatkan di negeri rantau, belakangan alat musik yang khim diganti gambang, maka disebutlah gambang kromong. Lenong dan gambang kromong saat itu menjadi sarana hiburan bagi tuan tanah dan para tamunya.

Versi kedua mengatakan, lenong berasal dari Persia. Cara pementasan dan sastra yang diusung sama dengan teater Komedi Persia.

Komedi Persia menyebar ke Sumatera dibawa oleh para pedagang Persia, hingga pada tahun 1886 muncul teater semacam lenong di Riau yang bernama Abdul Muluk. Dari Riau, Abdul Muluk menjelajah ke Batavia.

Pada tahun 1914 seni teater Abdul Muluk di Batavia disebut Wayang Dermuluk. Semua pemerannya lelaki. Lakon perempuan juga diperankan oleh pria yang berdandan ala perempuan.

Umumnya Wayang Dermuluk menampilkan cerita tentang raja-raja dan kaum bangsawan, seperti Hikayat Abdul Muluk, Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Johar Manik, dan lainnya. Tahun 1923 Wayang Dermuluk tidak dikenal lagi di Batavia. Namanya menjadi Wayang Sumedar, di mana terjadi perubahan pada sisi dekorasi.

Pada Wayang Dermuluk dekorasi kelambu menggunakan rangkaian batu-batu marjan, sedangkan pada Wayang Sumedar menggunakan krey. Perubahan juga terjadi pada sebagian alat musik pengiringnya, seperti tambur barongsay diganti tambur tanji.

Tidak berapa lama Wayang Sumedar berganti nama menjadi Wayang Senggol, karena pada adegan peperangan dilakukan dengan cara menyenggolkan badan, juga disebut perang daki. Alat musik sembian (mandolin) yang ikut mengiringi seni ini diganti harmonium.


Lebih jauh baca:

Wilayah Kekerasan di Jakarta karya Jerome Tadie yang bisa didapatkan di TokopediaBukalapak, dan Shopee.

Folklor Betawi: Kebudayaan dan Kehidupan Orang Betawi karya Abdul Chaer yang bisa didapatkan di TokopediaBukalapak, dan Shopee.

Jakarta Punya Cara karya Zeffry Alaktiri yang bisa didapatkan di TokopediaBukalapak, dan Shopee.

Batavia Abad Awal Abad XX karya Clockener Brousson yang bisa didapatkan di TokopediaBukalapak, dan Shopee.

Dongeng Betawi Tempo Doeloe karya Abdul Chaer yang bisa didapatkan di TokopediaBukalapak, dan Shopee.

400 Tahun Sejarah Jakarta karya Susan Blackburn yang bisa didapatkan di TokopediaBukaLapakdan Shopee.

Jakarta 1950-1970an karya Firman Lubis yang bisa didapatkan di TokopediaBukaLapak, dan Shopee atau telpon ke 081385430505

Buku terkait dengan artikel.

LEAVE A REPLY