Tudung Blenong Simbol Pemberontakan Petani Tangerang 1924

0
2788
Topi bambu khas Tangerang

Pada 1924 muncul perlawanan petani di Tangerang. Pelopornya Kaiin Bapak Kayah, seorang jago maen pukulan Beksi. Kaiin semula hanyalah seorang Bujang Sawah (buruh tani), yang menjadi mandor di perkebunan sutera milik tuan tanah Cina.

Kaiin pada 1912 menjadi pembantu polisi di Teluk Naga dan upas di Batavia. Lantas ia menjadi pembantu seorang dalang Tionghoa peranakan di daerah Mauk. Akhirnya Kaiin berhasil menjadi dalang dan mengawini seorang janda Tionghoa kaya raya bernama Tan Teng Nio.

Perkawinan ini membuat hidup Ki Dalang makmur. Saat menjadi dalang ini pola kehidupan Kaiin Bapak Kayah mengalami transformasi menjadi tokoh paham nativisme, sikap atau paham suatu negara atau masyarakat terhadap kebudayaan sendiri berupa gerakan yang menolak pengaruh, gagasan, atau kaum pendatang. Terlebih setelah berguru kepada Sairin alias Bapak Cungok dari Cawang tentang elmu kawedukan dan elmu keslametan.

Di samping berguru dengan Sairin, maka Kaiin juga ziarah ke makam-makam kramat, seperti makam Pangeran Blorong dan Ibu Mas Kuning yang diyakini sebagai pemilik tanah-tanah patikelir di Tangerang yang pernah disewa pemerintah Belanda.

Baca Juga:

  1. Bandit-Bandit Kaya Raya di Batavia
  2. Berabad-abad Judi di Jakarta
  3. Perbanditan di Batavia dan Protes Sosial

Ziarah juga dilakukan ke Ujung Kramat, dan mengunjungi Kyai Mohammad Santri di Girilaya, lereng Gunung Salak. Kyai ini dianggap dapat memberikan perlindungan atas usaha Ki Dalang sebagai jelmaan Pangeran Alibasah, sosok yang dianggap sang pembebas atau dalam tradisi Islam disebut Imam Mahdi.

Dari ziarah ini, Ki Dalang berhasil mengumpulkan pengikut, antara lain H. Riun dari Kalideres, Merin dari Parangkurad, Raden Mangusaria dan Abdul Murod dari Gang Betet, Aenong dari Karang Tengah, Sirah Bapak Sambut dari Kampung Melayu.

Mereka dijanjikan akan mendapatkan kembali tanah yang diambil oleh para tuan tanah. Kaiin Bapak Kayah mengusung pola gerakan yang memanfaatkan gerakan protes dan pertentangan golongan petani terhadap golongan tuan tanah.

Dia beranggapan bahwa tanah-tanah perkebunan yang dikuasai para tuan tanah dari etnis Cina harus dikembalikan kepada para petani sebagai pemilik awal keturunan Pangeran Blorong dan Ibu Mas Kuning. Rencana perlawanan diawali dengan menggelar pertunjukan wayang di rumah Merin di Parangkurad dengan lakon Penggiring Sari dan Soklawijaya. Di tengah pertunjukan Ki Dalang Kaiin Bapak Kayah mengalami trance atau kesurupan.

Ki Dalang menyebut dirinya keturunan raja-raja Sunda dan akan dinobatkan sebagai Ratu Rabulalamin atau Sanghyang Tunggal.

Perlawananpun ditetapkan pada hari Minggu, 10 Februari 1924. Sebelumnya dilakukan ziarah dan ritual oleh Sairin Bapak Cungok dengan membagikan jimat yang fungsinya sebagai ilmu kekebalan terhadap senjata tajam dan peluru.

Juga ada ketentuan menggunakan pakaian putih dan topi anyaman bambu khas Tangerang yang disebut Tudung Belenong, menjadi simbol pemberontakan yang akan mereka lakukan di awal bulan Februari itu.

Perlawanan Ki Dalang dan para pengikutnya dipusatkan di tanah partikelir Pangkalan pada hari Selasa, 19 Februari 1924, dengan mulai menyerang rumah-rumah tuan tanah dan kantor Kongsi tuan tanah di Kampung Melayu.

Setelah berhasil membakar data-data terkait cuke (pajak) dan kerja kompenian, rombongan Ki Dalang bergerak ke Teluk Naga menemui asisten wedana untuk memberitahu bahwa mereka akan menyerang Batavia.

Asisten wedana sengaja menghambat gerakan rombongan Ki Dalang dengan mengajak minum teh, sementara dia mengirim utusan menghubungi kontrolir Tangerang memberitahukan niat Ki Dalang.

Kontrolir Tangerang dengan pasukan polisi langsung mengarah ke Teluk Naga, namun rombongan Ki Dalang telah bergerak ke Batavia. Sesampai di Tanah Tinggi, rombongan ini disambut tembakan polisi. Ki Dalang tewas dan beberapa pengikutnya melarikan diri.


Lebih jauh baca buku:

Para Jago dan Kaum Revolusioner Jakarta karya Robert Cribb yang bisa didapatkan di TokopediaBukalapak, dan Shopee.

400 Tahun Sejarah Jakarta karya Susan Blackburn yang bisa didapatkan di TokopediaBukaLapakdan Shopee.

Wilayah Kekerasan di Jakarta karya Jerome Tadie yang bisa didapatkan di TokopediaBukalapak, dan Shopee.

Batavia Kala Malam: Polisi, Bandit dan Senjata Api karya Margreeth van Till yang bisa didapatkan di Tokopedia dan Shopee.

Jakarta 1950-1970an karya Firman Lubis yang bisa didapatkan di TokopediaBukaLapak, dan Shopee atau telpon ke 081385430505

Buku terkait dengan artikel.

LEAVE A REPLY