Kyai Mursalin Ulama Jawara Kepulauan Seribu

Kyai Mursalin Ulama Jawara Kepulauan Seribu

0
5125
Kyai Mursalin Ulama Jawara Kep Seribu

Adalah Kyai Mursalin bin Nailin. Orang Pulo—sebutan untuk masyarakat di Kepulauan Seribu—memanggilnya Nek Aing. Kyai Mursalin dikenal sebagai ulama sekaligus jawara di Kepulauan Seribu, khususnya Pulau Panggang.

Kyai Mursalin lahir dan dibesarkan di Pulau Panggang. Ayahnya bernama Nailin, seorang pendatang dari Cemplang, Cibatok-Bogor, Jawa Barat yang merupakan keturunan dari Kyai Muhiddin dan Pangeran Jayakusuma. Nailin adalah seorang santri yang bersama adiknya, Nailun dikirim berdakwah. Mereka hijrah dari Cemplang, Cibatok-Bogor tanpa tujuan pasti. Naik getek menyusuri sungai ke arah barat hingga mereka tiba di muara Cisadane, dan singgah di Desa Kramat Panjang, Rawa Sabang.

Baca Juga:

  1. Bandit-Bandit Kaya Raya di Batavia
  2. Sabeni Jago Tanah Abang dan Etik Silat Betawi
  3. Perbanditan di Batavia dan Protes Sosial

Di Kramat Panjang keduanya menetap dan menikahi gadis setempat hingga mempunyai keturunan. Ketika membuka usaha sero (bagan) di pesisir utara Jawa, Nailin dan Nailun beserta keluarganya transit di Pulau Payung, lalu membuka lahan untuk bertani kelapa.

Pembukaan lahan terus dilakukan hingga melebar ke Pulau Kotok, Pulau Karya, dan Pulau Panggang. Di pulau terakhir inilah mereka membangun rumah, menetap dan menjadi pedagang sekaligus berdakwah dengan mendirikan sekolah agama Islam.

Sambil berdakwah kakak beradik ini mengajarkan ilmu pencak silat yang dibawa dari Bogor. Sebuah aliran pencak silat yang waktu itu tidak dikenal namanya. Putra Nailin, yaitu Kyai Mursalin atau Nek Aing mewarisi ilmu pencak silat itu. Metodenya dengan cara mengundang mengaji terlebih dahulu di mushala. Selepas shalat Isya mereka turun ke halaman untuk berlatih pencak silat.

Sebagai seorang ulama kharismanya sampai terdengar ke luar Pulau Panggang dan Kepulauan Seribu, banyak orang yang berasal dari darat (Jakarta, Banten dan Jawa Barat) ingin menimba ilmunya dengan menjadi santri.

Sebagai seorang jawara namanya cukup disegani, gaya pencak silatnya tidak seperti umumnya jawara silat yang didominasi oleh gerakan fisik, tapi lebih menekankan pada unsur pengolahan ilmu kebatinan Islam.

Pengalaman berinteraksi dan berguru kepada para pendekar dari Parung Sapi, Bogor, Banten, Betawi, Bugis, dan Mandar yang dijumpai di gugusan Kepulauan Seribu, telah memperkaya perbendaharaan ilmu pencak silat yang dimiliki Nek Aing.

Ia memformulasikan keilmuan pencak silat yang pernah dipelajarinya, termasuk ilmu pencak silat yang diwarisi keluarganya dari Bogor. Maka terciptalah ilmu pencak silat aliran baru yang menekankan pada olah batin, pernapasan, dan ilmu hikmah yang dibangun dari rangkaian gerak fisik.

Untuk melumpuhkan lawan digunakan metode utama pengolahan tenaga dalam atau kracht, sehingga dengan tanpa menyentuh lawan akan jatuh terpental.

Pencak Silat Nek Aing pada awalnya digunakan untuk sarana berdakwah di pulau-pulau terpencil di Kepulauan Seribu, disamping sebagai alat menjaga diri dari gangguan perompak dan bajak laut di perairan Jawa..

Siapa saja yang ingin mempelajarinya, harus mendalami agama Islam terlebih dahulu, misalnya mempelajari Sifat Dua Puluh dan Asmaul Husna. Inti keilmuan pencak silat Nek Aing dibangun dari latihan gerak dan olah nafas melalui 99 gerak jurus, nama-nama jurusnya pun diambil dari Asmaul Husna.

Bentuk dasar jurus fisiknya sangat sederhana, hanya dengan mendorongkan satu atau kedua tangan yang disebut Jeblag sambil melafazkan nama Allah menggunakan kuda-kuda tegak berdiri yang disebut Alif Amantubillah.

Pencak silat Nek Aing Aing di Pulau Panggang kini hanya sedikit yang melestarikannya, itupun tidak lagi membuka penrguruan secara umum. Murid-murid yang dulu sempat belajar langsung dengan Nek Aing dan pernah mengajar kini sudah banyak yang wafat.


Lebih jauh baca buku:

Folklor Betawi: Kebudayaan dan Kehidupan Orang Betawi karya Abdul Chaer yang bisa didapatkan di Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee.

Dongeng Betawi Tempo Doeloe karya Abdul Chaer yang bisa didapatkan di Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee.

Terang Bulan terang di Kali karya S.M. Ardan yang bisa didapatkan di Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee.

Batavia Kala Malam: Polisi, Bandit dan Senjata Api karya Margreeth van Till yang bisa didapatkan di Tokopedia dan Shopee.

Wilayah Kekerasan di Jakarta karya Jerome Tadie yang bisa didapatkan di  TokopediaBukalapak, dan Shopee atau telpon ke 081385430505.

Buku-Buku terkait dengan artikel.

 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY